LAPORAN PRATIKUM BIOLOGI
“PENGENALAN MIKROORGANISME/MIKROBA”
Di
susun oleh :
Nama :
Aulia Rakhman
NIM : N 201 12 018
Asisten : Firmansyah
Kelompok : 1
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN
MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU
KESEHATAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2012
BAB
I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mikroorganisme, dalam lingkungan
alamiahnya jarang terdapat sebagai biakan murni. Berbagai specimen tanah atau
air boleh jadi mengandung bermacam-macam spesies cendawan, protozoa, alga,
bakteri, dan virus. Baik secara langsung maupun tak langsung, bahan buangan
dari manusia dan hewan, jasad mereka, serta jaringan tumbuh-tumbuhan dibuang
atau dikubur dalam tanah. Setelah beberapa lama, bahan-bahan tersebut berubah
menjadi kompenen organic dan beberapa komponen anorganik tanah.
Perubahan-perubahan ini dilakukan oleh mikroorganisme yaitu perubahan bahan
organic menjadi substansi yang menyediakan nutrient bagi dunia tumbuhan. Tanpa
aktivitas mikroba maka segala kehidupan dibumi ini lambat laun akan terhambat.
Maka, perubahan organic dan anorganik didalam tanah adalah dilakukan oleh
mikroorganisme yang dikenal sebagai mikroba ditanah.
Protozoa
termasuk dari mikroorganisme. Protozoa
memiliki arti protos artinya pertama dan zoon artinya hewan.
Jadi,Protozoa adalah hewan pertama. Protozoa merupakan kelompok lain protista
eukarioti. Kebanyakan Protozoa hanya dapat dilihat di bawah mikroskop. Beberapa
organisme mempunyai sifat sama, alga dan protozoa. Sebagai contoh alga hijau
Euglenophyta, selnya berflagela dan merupakan sel tunggal yang berklorofil,
tetapi dapat mengalami kehilangan klorofil dan kemampuan untuk berfotosintesa.
Protozoa terdapat di seluruh
lingkungan berair dan tanah, menduduki berbagai tingkat trophic. Tubuh protozoa
amat sederhana, yaitu terdiri dari satu sel tunggal (unisel). Namun demikian,
Protozoa merupakan sistem yang serba bisa. Semua tugas tubuh dapat dilakukan
oleh satu sel saja tanpa mengalami tumpang tindih. Ukuaran tubuhnya antaran
3-1000 mikron. Bentuk tubuh macam-macam ada yang seperti bola, bulat memanjang,
atau seperti sandal. Berdasarkan uraian diatas maka
yang melatarbelakangi praktikan ini adalah untuk melihat dan membedakan sel-sel
mikroorganisme yang berasal dari berbagai sumber/habitat yang berbeda.
1.2 Tujuan
Adapun
tujuan sehingga dilaksanakan percobaan ini adalah untuk melihat dan membedakan
sel-sel mikroorganisme yang berasal dari berbagai sumber/habitat yang berbeda.
1.3 Manfaat
Adapun
manfaat dilaksanakan percobaan ini yaitu tahu dan bisa membedakan sel-sel mikroorganisme yang
berasal dari berbagai sumber/habitat yang berbeda.
BAB
II
TINJAUAN PUSTAKA
Bakteri yang hidup
hampir tidak berwarna dan tidak kontras dengan air, di mana sel-sel bakteri
tersebut disuspensikan. Oleh karena itu pengamatan tanpa pewarnaan menjadi
lebih sukar dan tidak dapat digunakan untuk melihat bagian-bagian sel dengan
teliti. Pewarnaan akan menyebabkan bakteri-bakteri tersebut kontras berwarna
dengan sekelilingnya, sehingga akan terlihat jelas. Adapun tujuan dari
pewarnaan adalah untuk memudahkan melihat bakteri dengan mikroskop, memperjelas
bentuk dan ukuran bakteri, melihat struktur luar dan dalam bakteri seperti
dinding sel dan vakuola, serta menghasilkan sifat-sifat fisik dan kimia yang
khas dari bakteri (Volk dan Wheeler, 2006).
Khamir adalah
mikroorganisme bersel tunggal dengan ukuran antara 5 dan 20 mikron. Biasanya
berukuran 5-10 kali lebih besar dari bakteri. Terdapat berbagai macam bentuk
ragi dan bentuk seringkali tergantung dari cara pembelahan selnya. Sel khamir
dapat berbentuk lonjong, bentuk batang atau bulat. Sel-sel khamir sering
dijumpai secara tunggal tetapi apabila anak-anak sel tidak dilepaskan dari
induknya setelah pembelahan maka akan terjadi bentuk yang disebut
pseudomisellium. Khamir tidak bergerak karena itu tidak mempunyai flagella.
Beberapa jenis khamir membentuk kapsul di sebelah luar (Buckle, 2007).
Protista bersifat eukariotik, dan bahkan
protista yang paling sederhana sekalipun jauh lebih kompleks dibandingkan
dengan prokariota. Eukariota pertama yang berevolusi dari nenek moyang
prokariotik kemungkinan bersifat uniseluler dan oleh sebab itu disebut
protista. Kata itu mengandung arti sesuatu yang sangat tua (bahasa Yunani,
protos = “pertama”). Eukariota pertama itu bukan saja merupakan pendahulu
protista modern yang sangar beranekaragam, tetapi juga nenek moyang bagi semua
eukariota tumbuhan, fungi da hewan. Dua di antara bagian-bagian yang paling
bermakna dalam sejarah kehidupan asal mula sel eukariotik dan kemunculan
eukariota multiseluler berikutnya terjadi selama evolusi protista (Campbell, 2009).
Protista yang menelan makanannya
secara informal dikelompokkan sebagai protozoa. Protozoa dibagi menjadi enam
filum sebagai berkut yaitu (a) Rhizopoda yaitu merupakan protozoa sederhana
yang bergerak dengan pseudopodia. Contohnya yaitu Amoeba sp (b) Actinopoda,
contohnya yaitu Heliozoa dan Radiolaria (c) Foraminifera, merupakan protozoa
yang hidup di laut (d) Apicomplexa, merupakan parasit pada hewan, contohnya
yaitu Plasmodium (e) Zoonastigina dcirikan adanya flagel, bersifat heterotrof,
dan hidup bersimbiosis, contohnya yaitu Tripanosoma (f) Ciliapora, dicirikan
adanya silia dan mempunyai dua nuklei, yaitu makronuklei yang mengontrol
metabolisme dan mikronuklei yang berfungsi dalam konjugasi (Nugroho,2006).
Protista merupakan organisme yang
paling beraneka ragam dalam hal nutrisi di antara seluruh eukariota. Sebagian
besar protista memiliki metabolisme yang bersifat aerobik, yang menggunakan
mitokondria untuk respirasi selulernya. Beberapa protista adalah fotoautotrof
dengan kloroplas, beberapa lagi adalah heterotrof yang menyerap molekul organik
atau menelan partikel makanan yang lebih besar, dan yang lainnya adalah
miksotrof, dapat melakukan fotosintesis dan nutrisi heterotrofik. Sangat
bermanfaat dalam konteks ekologis untuk
mengelompokkan keanekaragaman nutrisi tersebut ke dalam tiga kelompok :
protista yang menelan makanannya (seperti hewan), atau protozoa (tunggal,
protozoan); protista yang melakukan absorpsi (seperti fungi) dan protista
fotosintetik (seperti tumbuhan) yaitu algae (Campbell,2009).
Protozoa (bahasa Yunani: protos =
pertama; zoa = hidup) adalah hewan mikroskopik yang terdapat di semua
lingkungan di mana kehidupan dapat terjadi. Mereka tersebar luas di seluruh
dunia. Banyak dari mereka mampu membentuk sista (cyst), atau semacam cangkang
yang menutupi sekujur badannya sehingga mereka dapat hidup dalam kondisi yang
kering sama sekali, yang tidak memungkinkan makhluk lain hidup. Sifat khas
utama ialah bahwa mereka terdiri dari satu sel. Protozoa dapat dikelompokkan
menurut habitatnya menjadi dua, yakni mereka yang hidup di dalam air atau di
tempat-tempat lembab dan dikenal sebagai protozoa yang hidup bebas, dan mereka
yang hidup di dalam atau pada hewan atau tumbuh-tumbuhan lain disebut protozoa
parasitik (Rohmimohtarto,2007).
Protozoa adalah organisme-organisme
heterotrofik yang ditemukan di semua habitat utama. Sebagian di antaranya hidup
bebas, sedangkan yang lainnya hidup sebagai parasit di dalam tubuh hewan.
Sebagaian protozoa juga menjalani gaya hidup simbiotik berupa komensalisme dan
mutualisme. Protozoa parasitik
menyebabkan beberapa penyakit manusia yang paling tersebar luas dan
membahayakan. Pada umumnya, reproduksi protozoa adalah aseksual, tetapi terjadi
juga pola-pola seksual yang kompleks. Protozoa sebagai divisi telah dibagi-bagi
menjadi lima filum utama. Beberapa ahli protozoologi membaginya menjadi enam filum
(Fried,2006).
Protozoa adalah hewan-hewan bersel
tunggal. Hewan-hewan itu mempunyai struktur yang lebih majemuk dari sel tunggal
hewan multiseluler dan walaupun hanya terdiri dari satu sel, namun protozoa
merupakan organisme sempurna. Karena sifat struktur yang demikian itu, maka
berbagai ahli dalam zoology menamakan protozoa itu selular tetapi keseluruhan
organisme itu dibungkus dengan satu plasma membrane. Protozoa itu kecil,
berukuran kurang dari sepuluh micron dan, walaupun jarang ada yang mencapai 6
milimeter (Syamsuri, 2008).
BAB
III
METODOLOGI
3.1 Waktu dan tempat
Adapun
waktu pelaksanaan praktek yaitu :
Hari/Tanggal : Sabtu, 01 desember 2012.
Waktu :
13.00 WITA – selesai.
Tempat :
Laboratorium Biodiversity jurusan Biologi FMIPA UNTAD.
3.2 Alat dan Bahan
Adapun
alat dan bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu :
3.2.1
Alat
1. Mikroskop,kaca obyek dan kaca penutup
2. Jarum
preparat atau jarum ose
3. Lap
halus.
3.2.2
Bahan
1. Preparat
jadi (khusus sel bakteri)
2. Kelapa
tua yang sudah bulukan/basi.
3. Air
tape ketan,
4. Air
kolam
5. Air
got/comberan
3.3 Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja dari percobaan ini
adalah :
1. Menyiapkan
preparat jadi dari sel bakteri, lalu mengamati dibawah mikroskop dengan
perbesaran 400 kali atau 1000 kali dengan minyak imersi.
2. Untuk
tempe dan kelapa basi pengerjannya dengan memakai jarum preparat/ose untuk
membuat preparat mikroskopis (tanpa deck glass).
3. Pada
air tape untuk melihat adanya khamir, yaitu dengan menggunakan ose dioles pada
obyek gelas, lalu mengamati di bawah mikroskop (100 atau 400).
4. Pada
air kolam untuk melihat berbagai jenis protozoa, yaitu teteskan 1 tetes pada
obyek gelas lalu tutup dengan gelas penutup. Mengamati di bawah mikroskop
dengan perbesaran 40 kali atau 100 kali.
5. Kemudia
melaporkan semua mikroorganisme yang di lihat dari semua preparat yang di
praktikumkan.
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1.
Hasil
Pengamatan
No
|
Gambar
|
Keterangan
|
|
Literatur
|
Hasil pengamatan
|
||
1
|
|
|
Gambar
preparat basah dari bahan tape.
|
2
|
|
|
Gambar
preparat basah dari kelapa tua.
|
3
|
|
|
Gambar
preparat basah dari air kolam.
|
4.2.
Pembahasan
Pada percobaan kali ini, kami melakukan percobaan
untuk bertujuan untuk melihat dan
membedakan sel-sel mikroorganisme yang berasal dari berbagai sumber/habitat
yang berbeda. Dapat dilihat pada hasil pengamatan diatas pada setiap habitat
memiliki mikroorganisme yang berbeda-beda. Hal itu disebabkan karena beberapa
mikroorganisme hanya mampu beradaptasi dengan lingkungan tertentu.
Hasil dari
percobaan ini yaiut mikroorganisme pada air tape yang dilihat melalui mikroskop
disana terdapat hanya sedikit mikroorganisme, berbeda dengan gambar yang ada
pada literatur terdapat banyak mikroorganisme. Hal ini dikarenakan perbedaan
penggunaan lensa pada mikroskop, sehingga terjadi perbedaan antara kedua
gambar.
Selanjutnya
mikroba/mikroorganisme yang terdapat pada kelapa tua, pada hasil percobaan
terlihat banyak sekali mikroorganisme yang terdapat pada kelapa busuk tersebut.
Tetapi apabila dibandingkan pada gambar yang terdapat pada literatur terlihat
secara jelas perbedaan yang nampak pada gambar mulai dari bentuk serta warna
dari mikroorganisme tersebut. Hal ini dikarenakan perbedaan bahan percobaan
serta pada saat menggunakan mikroskop menggunakan lensa yang berbeda pula.
Pada air kolam,
terdapat sedikit mikroorganime. Berbeda dengan gambar pada literatur yang
terlihat dengan jelas sangat banyak sekali mikroba pada air kolam. Perbedaan
ini dikarenakan bahan percobaan yang berbeda, dan penggunaan lensa pada
mikroskop yang berbeda pula. Sehingga menyebabkan perbedaan yang begitu
mencolok pada hasil pengamatan dengan literatur yang ada.
BAB
V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil
dari percobaan ini adalah mikroorganisme
atau mikroba adalah organisme yang berukuran sangat kecil (biasanya kurang dari
1 mm) sehingga untuk mengamatinya memerlukan alat bantu. Mikroorganisme
seringkali bersel tunggal (uni selluler) meskipun beberapa protista bersel/
tunggal masih terlihat oleh mata telanjang dan ada beberapa spesies multisel
tidak terlihat mata telanjang. Banyak berbagai macam mikroorganisme
dilingkungan yaitu bakteri, jamur, protozoa, dan masih banyak lagi. Pertumbuhan
mikroorganisme di pengaruhi oleh beberapa faktor yaitu waktu generasi, faktor
intrinsik, faktor enktrinsik, faktor proses dan faktor imblisit.
5.2 Saran
Adapun saran yang diberikan oleh penulis adalah sebaiknya dalam melakukan
percobaan, di perlukan ketelitian agar tidak terjadi kesalahan, serta ada
baiknya alat dan bahan yang akan digunakan lebih dilengkapi, sehingga menunjang
proses kerja pada saat melakukan praktek.
DAFTAR PUSTAKA
Buckle, 2007, Biologi 2000, Erlangga, Jakarta.
Campbell, N.A, 2008, Biologi Edisi Kelima Jilid II , Erlangga, Jakarta.
Fried, George, 2006, Biologi Edisi Kedua, Erlangga, Jakarta.
Nugroho, 2006, Zoologi, Erlangga, Jakarta.
Rohmimohtarto, Kasijan, 2007, Biologi
Laut Ilmu Pengetahuan tentang Biota Laut , Djambatan,Jakarta,.
Syamsuri, I. 2008, Biologi, Erlangga, Jakarta.
Volk dan Wheeler, 2006. Mahluk Hidup. Balai Pustaka.
Jakarta.
LEMBAR ASISETENSI
Nama : Aulia Rakhman
NIM : N 201 12 018
Kelompok : 1
Asisten : Firmansyah
No.
|
Hari/tanggal
|
Koreksi
|
Paraf
|
|
|
|
|
LAPORAN PRATIKUM BIOLOGI
“PENGENALAN MIKROORGANISME/MIKROBA”
Di
susun oleh :
Nama :
Aulia Rakhman
NIM : N 201 12 018
Asisten : Firmansyah
Kelompok : 1
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN
MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU
KESEHATAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2012
BAB
I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mikroorganisme, dalam lingkungan
alamiahnya jarang terdapat sebagai biakan murni. Berbagai specimen tanah atau
air boleh jadi mengandung bermacam-macam spesies cendawan, protozoa, alga,
bakteri, dan virus. Baik secara langsung maupun tak langsung, bahan buangan
dari manusia dan hewan, jasad mereka, serta jaringan tumbuh-tumbuhan dibuang
atau dikubur dalam tanah. Setelah beberapa lama, bahan-bahan tersebut berubah
menjadi kompenen organic dan beberapa komponen anorganik tanah.
Perubahan-perubahan ini dilakukan oleh mikroorganisme yaitu perubahan bahan
organic menjadi substansi yang menyediakan nutrient bagi dunia tumbuhan. Tanpa
aktivitas mikroba maka segala kehidupan dibumi ini lambat laun akan terhambat.
Maka, perubahan organic dan anorganik didalam tanah adalah dilakukan oleh
mikroorganisme yang dikenal sebagai mikroba ditanah.
Protozoa
termasuk dari mikroorganisme. Protozoa
memiliki arti protos artinya pertama dan zoon artinya hewan.
Jadi,Protozoa adalah hewan pertama. Protozoa merupakan kelompok lain protista
eukarioti. Kebanyakan Protozoa hanya dapat dilihat di bawah mikroskop. Beberapa
organisme mempunyai sifat sama, alga dan protozoa. Sebagai contoh alga hijau
Euglenophyta, selnya berflagela dan merupakan sel tunggal yang berklorofil,
tetapi dapat mengalami kehilangan klorofil dan kemampuan untuk berfotosintesa.
Protozoa terdapat di seluruh
lingkungan berair dan tanah, menduduki berbagai tingkat trophic. Tubuh protozoa
amat sederhana, yaitu terdiri dari satu sel tunggal (unisel). Namun demikian,
Protozoa merupakan sistem yang serba bisa. Semua tugas tubuh dapat dilakukan
oleh satu sel saja tanpa mengalami tumpang tindih. Ukuaran tubuhnya antaran
3-1000 mikron. Bentuk tubuh macam-macam ada yang seperti bola, bulat memanjang,
atau seperti sandal. Berdasarkan uraian diatas maka
yang melatarbelakangi praktikan ini adalah untuk melihat dan membedakan sel-sel
mikroorganisme yang berasal dari berbagai sumber/habitat yang berbeda.
1.2 Tujuan
Adapun
tujuan sehingga dilaksanakan percobaan ini adalah untuk melihat dan membedakan
sel-sel mikroorganisme yang berasal dari berbagai sumber/habitat yang berbeda.
1.3 Manfaat
Adapun
manfaat dilaksanakan percobaan ini yaitu tahu dan bisa membedakan sel-sel mikroorganisme yang
berasal dari berbagai sumber/habitat yang berbeda.
BAB
II
TINJAUAN PUSTAKA
Bakteri yang hidup
hampir tidak berwarna dan tidak kontras dengan air, di mana sel-sel bakteri
tersebut disuspensikan. Oleh karena itu pengamatan tanpa pewarnaan menjadi
lebih sukar dan tidak dapat digunakan untuk melihat bagian-bagian sel dengan
teliti. Pewarnaan akan menyebabkan bakteri-bakteri tersebut kontras berwarna
dengan sekelilingnya, sehingga akan terlihat jelas. Adapun tujuan dari
pewarnaan adalah untuk memudahkan melihat bakteri dengan mikroskop, memperjelas
bentuk dan ukuran bakteri, melihat struktur luar dan dalam bakteri seperti
dinding sel dan vakuola, serta menghasilkan sifat-sifat fisik dan kimia yang
khas dari bakteri (Volk dan Wheeler, 2006).
Khamir adalah
mikroorganisme bersel tunggal dengan ukuran antara 5 dan 20 mikron. Biasanya
berukuran 5-10 kali lebih besar dari bakteri. Terdapat berbagai macam bentuk
ragi dan bentuk seringkali tergantung dari cara pembelahan selnya. Sel khamir
dapat berbentuk lonjong, bentuk batang atau bulat. Sel-sel khamir sering
dijumpai secara tunggal tetapi apabila anak-anak sel tidak dilepaskan dari
induknya setelah pembelahan maka akan terjadi bentuk yang disebut
pseudomisellium. Khamir tidak bergerak karena itu tidak mempunyai flagella.
Beberapa jenis khamir membentuk kapsul di sebelah luar (Buckle, 2007).
Protista bersifat eukariotik, dan bahkan
protista yang paling sederhana sekalipun jauh lebih kompleks dibandingkan
dengan prokariota. Eukariota pertama yang berevolusi dari nenek moyang
prokariotik kemungkinan bersifat uniseluler dan oleh sebab itu disebut
protista. Kata itu mengandung arti sesuatu yang sangat tua (bahasa Yunani,
protos = “pertama”). Eukariota pertama itu bukan saja merupakan pendahulu
protista modern yang sangar beranekaragam, tetapi juga nenek moyang bagi semua
eukariota tumbuhan, fungi da hewan. Dua di antara bagian-bagian yang paling
bermakna dalam sejarah kehidupan asal mula sel eukariotik dan kemunculan
eukariota multiseluler berikutnya terjadi selama evolusi protista (Campbell, 2009).
Protista yang menelan makanannya
secara informal dikelompokkan sebagai protozoa. Protozoa dibagi menjadi enam
filum sebagai berkut yaitu (a) Rhizopoda yaitu merupakan protozoa sederhana
yang bergerak dengan pseudopodia. Contohnya yaitu Amoeba sp (b) Actinopoda,
contohnya yaitu Heliozoa dan Radiolaria (c) Foraminifera, merupakan protozoa
yang hidup di laut (d) Apicomplexa, merupakan parasit pada hewan, contohnya
yaitu Plasmodium (e) Zoonastigina dcirikan adanya flagel, bersifat heterotrof,
dan hidup bersimbiosis, contohnya yaitu Tripanosoma (f) Ciliapora, dicirikan
adanya silia dan mempunyai dua nuklei, yaitu makronuklei yang mengontrol
metabolisme dan mikronuklei yang berfungsi dalam konjugasi (Nugroho,2006).
Protista merupakan organisme yang
paling beraneka ragam dalam hal nutrisi di antara seluruh eukariota. Sebagian
besar protista memiliki metabolisme yang bersifat aerobik, yang menggunakan
mitokondria untuk respirasi selulernya. Beberapa protista adalah fotoautotrof
dengan kloroplas, beberapa lagi adalah heterotrof yang menyerap molekul organik
atau menelan partikel makanan yang lebih besar, dan yang lainnya adalah
miksotrof, dapat melakukan fotosintesis dan nutrisi heterotrofik. Sangat
bermanfaat dalam konteks ekologis untuk
mengelompokkan keanekaragaman nutrisi tersebut ke dalam tiga kelompok :
protista yang menelan makanannya (seperti hewan), atau protozoa (tunggal,
protozoan); protista yang melakukan absorpsi (seperti fungi) dan protista
fotosintetik (seperti tumbuhan) yaitu algae (Campbell,2009).
Protozoa (bahasa Yunani: protos =
pertama; zoa = hidup) adalah hewan mikroskopik yang terdapat di semua
lingkungan di mana kehidupan dapat terjadi. Mereka tersebar luas di seluruh
dunia. Banyak dari mereka mampu membentuk sista (cyst), atau semacam cangkang
yang menutupi sekujur badannya sehingga mereka dapat hidup dalam kondisi yang
kering sama sekali, yang tidak memungkinkan makhluk lain hidup. Sifat khas
utama ialah bahwa mereka terdiri dari satu sel. Protozoa dapat dikelompokkan
menurut habitatnya menjadi dua, yakni mereka yang hidup di dalam air atau di
tempat-tempat lembab dan dikenal sebagai protozoa yang hidup bebas, dan mereka
yang hidup di dalam atau pada hewan atau tumbuh-tumbuhan lain disebut protozoa
parasitik (Rohmimohtarto,2007).
Protozoa adalah organisme-organisme
heterotrofik yang ditemukan di semua habitat utama. Sebagian di antaranya hidup
bebas, sedangkan yang lainnya hidup sebagai parasit di dalam tubuh hewan.
Sebagaian protozoa juga menjalani gaya hidup simbiotik berupa komensalisme dan
mutualisme. Protozoa parasitik
menyebabkan beberapa penyakit manusia yang paling tersebar luas dan
membahayakan. Pada umumnya, reproduksi protozoa adalah aseksual, tetapi terjadi
juga pola-pola seksual yang kompleks. Protozoa sebagai divisi telah dibagi-bagi
menjadi lima filum utama. Beberapa ahli protozoologi membaginya menjadi enam filum
(Fried,2006).
Protozoa adalah hewan-hewan bersel
tunggal. Hewan-hewan itu mempunyai struktur yang lebih majemuk dari sel tunggal
hewan multiseluler dan walaupun hanya terdiri dari satu sel, namun protozoa
merupakan organisme sempurna. Karena sifat struktur yang demikian itu, maka
berbagai ahli dalam zoology menamakan protozoa itu selular tetapi keseluruhan
organisme itu dibungkus dengan satu plasma membrane. Protozoa itu kecil,
berukuran kurang dari sepuluh micron dan, walaupun jarang ada yang mencapai 6
milimeter (Syamsuri, 2008).
BAB
III
METODOLOGI
3.1 Waktu dan tempat
Adapun
waktu pelaksanaan praktek yaitu :
Hari/Tanggal : Sabtu, 01 desember 2012.
Waktu :
13.00 WITA – selesai.
Tempat :
Laboratorium Biodiversity jurusan Biologi FMIPA UNTAD.
3.2 Alat dan Bahan
Adapun
alat dan bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu :
3.2.1
Alat
1. Mikroskop,kaca obyek dan kaca penutup
2. Jarum
preparat atau jarum ose
3. Lap
halus.
3.2.2
Bahan
1. Preparat
jadi (khusus sel bakteri)
2. Kelapa
tua yang sudah bulukan/basi.
3. Air
tape ketan,
4. Air
kolam
5. Air
got/comberan
3.3 Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja dari percobaan ini
adalah :
1. Menyiapkan
preparat jadi dari sel bakteri, lalu mengamati dibawah mikroskop dengan
perbesaran 400 kali atau 1000 kali dengan minyak imersi.
2. Untuk
tempe dan kelapa basi pengerjannya dengan memakai jarum preparat/ose untuk
membuat preparat mikroskopis (tanpa deck glass).
3. Pada
air tape untuk melihat adanya khamir, yaitu dengan menggunakan ose dioles pada
obyek gelas, lalu mengamati di bawah mikroskop (100 atau 400).
4. Pada
air kolam untuk melihat berbagai jenis protozoa, yaitu teteskan 1 tetes pada
obyek gelas lalu tutup dengan gelas penutup. Mengamati di bawah mikroskop
dengan perbesaran 40 kali atau 100 kali.
5. Kemudia
melaporkan semua mikroorganisme yang di lihat dari semua preparat yang di
praktikumkan.
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1.
Hasil
Pengamatan
No
|
Gambar
|
Keterangan
|
|
Literatur
|
Hasil pengamatan
|
||
1
|
|
|
Gambar
preparat basah dari bahan tape.
|
2
|
|
|
Gambar
preparat basah dari kelapa tua.
|
3
|
|
|
Gambar
preparat basah dari air kolam.
|
4.2.
Pembahasan
Pada percobaan kali ini, kami melakukan percobaan
untuk bertujuan untuk melihat dan
membedakan sel-sel mikroorganisme yang berasal dari berbagai sumber/habitat
yang berbeda. Dapat dilihat pada hasil pengamatan diatas pada setiap habitat
memiliki mikroorganisme yang berbeda-beda. Hal itu disebabkan karena beberapa
mikroorganisme hanya mampu beradaptasi dengan lingkungan tertentu.
Hasil dari
percobaan ini yaiut mikroorganisme pada air tape yang dilihat melalui mikroskop
disana terdapat hanya sedikit mikroorganisme, berbeda dengan gambar yang ada
pada literatur terdapat banyak mikroorganisme. Hal ini dikarenakan perbedaan
penggunaan lensa pada mikroskop, sehingga terjadi perbedaan antara kedua
gambar.
Selanjutnya
mikroba/mikroorganisme yang terdapat pada kelapa tua, pada hasil percobaan
terlihat banyak sekali mikroorganisme yang terdapat pada kelapa busuk tersebut.
Tetapi apabila dibandingkan pada gambar yang terdapat pada literatur terlihat
secara jelas perbedaan yang nampak pada gambar mulai dari bentuk serta warna
dari mikroorganisme tersebut. Hal ini dikarenakan perbedaan bahan percobaan
serta pada saat menggunakan mikroskop menggunakan lensa yang berbeda pula.
Pada air kolam,
terdapat sedikit mikroorganime. Berbeda dengan gambar pada literatur yang
terlihat dengan jelas sangat banyak sekali mikroba pada air kolam. Perbedaan
ini dikarenakan bahan percobaan yang berbeda, dan penggunaan lensa pada
mikroskop yang berbeda pula. Sehingga menyebabkan perbedaan yang begitu
mencolok pada hasil pengamatan dengan literatur yang ada.
BAB
V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil
dari percobaan ini adalah mikroorganisme
atau mikroba adalah organisme yang berukuran sangat kecil (biasanya kurang dari
1 mm) sehingga untuk mengamatinya memerlukan alat bantu. Mikroorganisme
seringkali bersel tunggal (uni selluler) meskipun beberapa protista bersel/
tunggal masih terlihat oleh mata telanjang dan ada beberapa spesies multisel
tidak terlihat mata telanjang. Banyak berbagai macam mikroorganisme
dilingkungan yaitu bakteri, jamur, protozoa, dan masih banyak lagi. Pertumbuhan
mikroorganisme di pengaruhi oleh beberapa faktor yaitu waktu generasi, faktor
intrinsik, faktor enktrinsik, faktor proses dan faktor imblisit.
5.2 Saran
Adapun saran yang diberikan oleh penulis adalah sebaiknya dalam melakukan
percobaan, di perlukan ketelitian agar tidak terjadi kesalahan, serta ada
baiknya alat dan bahan yang akan digunakan lebih dilengkapi, sehingga menunjang
proses kerja pada saat melakukan praktek.
DAFTAR PUSTAKA
Buckle, 2007, Biologi 2000, Erlangga, Jakarta.
Campbell, N.A, 2008, Biologi Edisi Kelima Jilid II , Erlangga, Jakarta.
Fried, George, 2006, Biologi Edisi Kedua, Erlangga, Jakarta.
Nugroho, 2006, Zoologi, Erlangga, Jakarta.
Rohmimohtarto, Kasijan, 2007, Biologi
Laut Ilmu Pengetahuan tentang Biota Laut , Djambatan,Jakarta,.
Syamsuri, I. 2008, Biologi, Erlangga, Jakarta.
Volk dan Wheeler, 2006. Mahluk Hidup. Balai Pustaka.
Jakarta.
LEMBAR ASISETENSI
Nama : Aulia Rakhman
NIM : N 201 12 018
Kelompok : 1
Asisten : Firmansyah
No.
|
Hari/tanggal
|
Koreksi
|
Paraf
|
|
|
|
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar