Minggu, 03 November 2013

LAPORAN PRATIKUM BIOLOGI “PENGENALAN MIKROORGANISME/MIKROBA”

LAPORAN PRATIKUM BIOLOGI
“PENGENALAN MIKROORGANISME/MIKROBA”












Di susun oleh :

Nama              : Aulia Rakhman
NIM                : N 201 12 018
Asisten            : Firmansyah
Kelompok       : 1




PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2012

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Mikroorganisme, dalam lingkungan alamiahnya jarang terdapat sebagai biakan murni. Berbagai specimen tanah atau air boleh jadi mengandung bermacam-macam spesies cendawan, protozoa, alga, bakteri, dan virus. Baik secara langsung maupun tak langsung, bahan buangan dari manusia dan hewan, jasad mereka, serta jaringan tumbuh-tumbuhan dibuang atau dikubur dalam tanah. Setelah beberapa lama, bahan-bahan tersebut berubah menjadi kompenen organic dan beberapa komponen anorganik tanah. Perubahan-perubahan ini dilakukan oleh mikroorganisme yaitu perubahan bahan organic menjadi substansi yang menyediakan nutrient bagi dunia tumbuhan. Tanpa aktivitas mikroba maka segala kehidupan dibumi ini lambat laun akan terhambat. Maka, perubahan organic dan anorganik didalam tanah adalah dilakukan oleh mikroorganisme yang dikenal sebagai mikroba ditanah.
Protozoa termasuk dari mikroorganisme. Protozoa memiliki arti protos artinya pertama dan zoon artinya hewan. Jadi,Protozoa adalah hewan pertama. Protozoa merupakan kelompok lain protista eukarioti. Kebanyakan Protozoa hanya dapat dilihat di bawah mikroskop. Beberapa organisme mempunyai sifat sama, alga dan protozoa. Sebagai contoh alga hijau Euglenophyta, selnya berflagela dan merupakan sel tunggal yang berklorofil, tetapi dapat mengalami kehilangan klorofil dan kemampuan untuk berfotosintesa.
Protozoa terdapat di seluruh lingkungan berair dan tanah, menduduki berbagai tingkat trophic. Tubuh protozoa amat sederhana, yaitu terdiri dari satu sel tunggal (unisel). Namun demikian, Protozoa merupakan sistem yang serba bisa. Semua tugas tubuh dapat dilakukan oleh satu sel saja tanpa mengalami tumpang tindih. Ukuaran tubuhnya antaran 3-1000 mikron. Bentuk tubuh macam-macam ada yang seperti bola, bulat memanjang, atau seperti sandal. Berdasarkan uraian diatas maka yang melatarbelakangi praktikan ini adalah untuk melihat dan membedakan sel-sel mikroorganisme yang berasal dari berbagai sumber/habitat yang berbeda.
1.2  Tujuan
Adapun tujuan sehingga dilaksanakan percobaan ini adalah untuk melihat dan membedakan sel-sel mikroorganisme yang berasal dari berbagai sumber/habitat yang berbeda.
1.3  Manfaat
Adapun manfaat dilaksanakan percobaan ini yaitu tahu dan bisa  membedakan sel-sel mikroorganisme yang berasal dari berbagai sumber/habitat yang berbeda.























BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bakteri yang hidup hampir tidak berwarna dan tidak kontras dengan air, di mana sel-sel bakteri tersebut disuspensikan. Oleh karena itu pengamatan tanpa pewarnaan menjadi lebih sukar dan tidak dapat digunakan untuk melihat bagian-bagian sel dengan teliti. Pewarnaan akan menyebabkan bakteri-bakteri tersebut kontras berwarna dengan sekelilingnya, sehingga akan terlihat jelas. Adapun tujuan dari pewarnaan adalah untuk memudahkan melihat bakteri dengan mikroskop, memperjelas bentuk dan ukuran bakteri, melihat struktur luar dan dalam bakteri seperti dinding sel dan vakuola, serta menghasilkan sifat-sifat fisik dan kimia yang khas dari bakteri (Volk dan Wheeler, 2006).
Khamir adalah mikroorganisme bersel tunggal dengan ukuran antara 5 dan 20 mikron. Biasanya berukuran 5-10 kali lebih besar dari bakteri. Terdapat berbagai macam bentuk ragi dan bentuk seringkali tergantung dari cara pembelahan selnya. Sel khamir dapat berbentuk lonjong, bentuk batang atau bulat. Sel-sel khamir sering dijumpai secara tunggal tetapi apabila anak-anak sel tidak dilepaskan dari induknya setelah pembelahan maka akan terjadi bentuk yang disebut pseudomisellium. Khamir tidak bergerak karena itu tidak mempunyai flagella. Beberapa jenis khamir membentuk kapsul di sebelah luar (Buckle, 2007).
Protista bersifat eukariotik, dan bahkan protista yang paling sederhana sekalipun jauh lebih kompleks dibandingkan dengan prokariota. Eukariota pertama yang berevolusi dari nenek moyang prokariotik kemungkinan bersifat uniseluler dan oleh sebab itu disebut protista. Kata itu mengandung arti sesuatu yang sangat tua (bahasa Yunani, protos = “pertama”). Eukariota pertama itu bukan saja merupakan pendahulu protista modern yang sangar beranekaragam, tetapi juga nenek moyang bagi semua eukariota tumbuhan, fungi da hewan. Dua di antara bagian-bagian yang paling bermakna dalam sejarah kehidupan asal mula sel eukariotik dan kemunculan eukariota multiseluler berikutnya terjadi selama evolusi protista (Campbell, 2009).
Protista yang menelan makanannya secara informal dikelompokkan sebagai protozoa. Protozoa dibagi menjadi enam filum sebagai berkut yaitu (a) Rhizopoda yaitu merupakan protozoa sederhana yang bergerak dengan pseudopodia. Contohnya yaitu Amoeba sp (b) Actinopoda, contohnya yaitu Heliozoa dan Radiolaria (c) Foraminifera, merupakan protozoa yang hidup di laut (d) Apicomplexa, merupakan parasit pada hewan, contohnya yaitu Plasmodium (e) Zoonastigina dcirikan adanya flagel, bersifat heterotrof, dan hidup bersimbiosis, contohnya yaitu Tripanosoma (f) Ciliapora, dicirikan adanya silia dan mempunyai dua nuklei, yaitu makronuklei yang mengontrol metabolisme dan mikronuklei yang berfungsi dalam konjugasi (Nugroho,2006).
Protista merupakan organisme yang paling beraneka ragam dalam hal nutrisi di antara seluruh eukariota. Sebagian besar protista memiliki metabolisme yang bersifat aerobik, yang menggunakan mitokondria untuk respirasi selulernya. Beberapa protista adalah fotoautotrof dengan kloroplas, beberapa lagi adalah heterotrof yang menyerap molekul organik atau menelan partikel makanan yang lebih besar, dan yang lainnya adalah miksotrof, dapat melakukan fotosintesis dan nutrisi heterotrofik. Sangat bermanfaat dalam konteks ekologis untuk  mengelompokkan keanekaragaman nutrisi tersebut ke dalam tiga kelompok : protista yang menelan makanannya (seperti hewan), atau protozoa (tunggal, protozoan); protista yang melakukan absorpsi (seperti fungi) dan protista fotosintetik (seperti tumbuhan) yaitu algae (Campbell,2009).
Protozoa (bahasa Yunani: protos = pertama; zoa = hidup) adalah hewan mikroskopik yang terdapat di semua lingkungan di mana kehidupan dapat terjadi. Mereka tersebar luas di seluruh dunia. Banyak dari mereka mampu membentuk sista (cyst), atau semacam cangkang yang menutupi sekujur badannya sehingga mereka dapat hidup dalam kondisi yang kering sama sekali, yang tidak memungkinkan makhluk lain hidup. Sifat khas utama ialah bahwa mereka terdiri dari satu sel. Protozoa dapat dikelompokkan menurut habitatnya menjadi dua, yakni mereka yang hidup di dalam air atau di tempat-tempat lembab dan dikenal sebagai protozoa yang hidup bebas, dan mereka yang hidup di dalam atau pada hewan atau tumbuh-tumbuhan lain disebut protozoa parasitik  (Rohmimohtarto,2007).
Protozoa adalah organisme-organisme heterotrofik yang ditemukan di semua habitat utama. Sebagian di antaranya hidup bebas, sedangkan yang lainnya hidup sebagai parasit di dalam tubuh hewan. Sebagaian protozoa juga menjalani gaya hidup simbiotik berupa komensalisme dan mutualisme. Protozoa parasitik  menyebabkan beberapa penyakit manusia yang paling tersebar luas dan membahayakan. Pada umumnya, reproduksi protozoa adalah aseksual, tetapi terjadi juga pola-pola seksual yang kompleks. Protozoa sebagai divisi telah dibagi-bagi menjadi lima filum utama. Beberapa ahli protozoologi membaginya menjadi enam filum (Fried,2006).
Protozoa adalah hewan-hewan bersel tunggal. Hewan-hewan itu mempunyai struktur yang lebih majemuk dari sel tunggal hewan multiseluler dan walaupun hanya terdiri dari satu sel, namun protozoa merupakan organisme sempurna. Karena sifat struktur yang demikian itu, maka berbagai ahli dalam zoology menamakan protozoa itu selular tetapi keseluruhan organisme itu dibungkus dengan satu plasma membrane. Protozoa itu kecil, berukuran kurang dari sepuluh micron dan, walaupun jarang ada yang mencapai 6 milimeter (Syamsuri, 2008).



















BAB III
METODOLOGI
3.1  Waktu dan tempat
Adapun waktu pelaksanaan praktek yaitu :
Hari/Tanggal        : Sabtu, 01 desember 2012.
Waktu                 : 13.00 WITA – selesai.
Tempat                 : Laboratorium Biodiversity jurusan Biologi FMIPA UNTAD.
3.2  Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu :
3.2.1        Alat
1.      Mikroskop,kaca obyek dan kaca penutup
2.      Jarum preparat atau jarum ose
3.      Lap halus.
3.2.2        Bahan
1.      Preparat jadi (khusus sel bakteri)
2.      Kelapa tua yang sudah bulukan/basi.
3.      Air tape ketan,
4.      Air kolam
5.      Air got/comberan
3.3  Prosedur Kerja
 Adapun prosedur kerja dari percobaan ini adalah :
1.      Menyiapkan preparat jadi dari sel bakteri, lalu mengamati dibawah mikroskop dengan perbesaran 400 kali atau 1000 kali dengan minyak imersi.
2.      Untuk tempe dan kelapa basi pengerjannya dengan memakai jarum preparat/ose untuk membuat preparat mikroskopis (tanpa deck glass).
3.      Pada air tape untuk melihat adanya khamir, yaitu dengan menggunakan ose dioles pada obyek gelas, lalu mengamati di bawah mikroskop (100 atau 400).
4.      Pada air kolam untuk melihat berbagai jenis protozoa, yaitu teteskan 1 tetes pada obyek gelas lalu tutup dengan gelas penutup. Mengamati di bawah mikroskop dengan perbesaran 40 kali atau 100 kali.
5.      Kemudia melaporkan semua mikroorganisme yang di lihat dari semua preparat yang di praktikumkan.





























BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.   Hasil Pengamatan
No
Gambar
Keterangan
Literatur
Hasil pengamatan
1
Gambar preparat basah dari bahan tape.
2
Gambar preparat basah dari kelapa tua.
3
Gambar preparat basah dari air kolam.

4.2.   Pembahasan
Pada percobaan kali ini, kami melakukan percobaan untuk bertujuan untuk melihat dan membedakan sel-sel mikroorganisme yang berasal dari berbagai sumber/habitat yang berbeda. Dapat dilihat pada hasil pengamatan diatas pada setiap habitat memiliki mikroorganisme yang berbeda-beda. Hal itu disebabkan karena beberapa mikroorganisme hanya mampu beradaptasi dengan lingkungan tertentu.
Hasil dari percobaan ini yaiut mikroorganisme pada air tape yang dilihat melalui mikroskop disana terdapat hanya sedikit mikroorganisme, berbeda dengan gambar yang ada pada literatur terdapat banyak mikroorganisme. Hal ini dikarenakan perbedaan penggunaan lensa pada mikroskop, sehingga terjadi perbedaan antara kedua gambar.
Selanjutnya mikroba/mikroorganisme yang terdapat pada kelapa tua, pada hasil percobaan terlihat banyak sekali mikroorganisme yang terdapat pada kelapa busuk tersebut. Tetapi apabila dibandingkan pada gambar yang terdapat pada literatur terlihat secara jelas perbedaan yang nampak pada gambar mulai dari bentuk serta warna dari mikroorganisme tersebut. Hal ini dikarenakan perbedaan bahan percobaan serta pada saat menggunakan mikroskop menggunakan lensa yang berbeda pula.
Pada air kolam, terdapat sedikit mikroorganime. Berbeda dengan gambar pada literatur yang terlihat dengan jelas sangat banyak sekali mikroba pada air kolam. Perbedaan ini dikarenakan bahan percobaan yang berbeda, dan penggunaan lensa pada mikroskop yang berbeda pula. Sehingga menyebabkan perbedaan yang begitu mencolok pada hasil pengamatan dengan literatur yang ada.


















BAB V
PENUTUP

5.1  Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan ini adalah mikroorganisme atau mikroba adalah organisme yang berukuran sangat kecil (biasanya kurang dari 1 mm) sehingga untuk mengamatinya memerlukan alat bantu. Mikroorganisme seringkali bersel tunggal (uni selluler) meskipun beberapa protista bersel/ tunggal masih terlihat oleh mata telanjang dan ada beberapa spesies multisel tidak terlihat mata telanjang. Banyak berbagai macam mikroorganisme dilingkungan yaitu bakteri, jamur, protozoa, dan masih banyak lagi. Pertumbuhan mikroorganisme di pengaruhi oleh beberapa faktor yaitu waktu generasi, faktor intrinsik, faktor enktrinsik, faktor proses dan faktor imblisit.
5.2  Saran
Adapun saran yang diberikan oleh penulis adalah sebaiknya dalam melakukan percobaan, di perlukan ketelitian agar tidak terjadi kesalahan, serta ada baiknya alat dan bahan yang akan digunakan lebih dilengkapi, sehingga menunjang proses kerja pada saat melakukan praktek.






















DAFTAR PUSTAKA
Buckle, 2007, Biologi 2000, Erlangga, Jakarta.
Campbell, N.A, 2008, Biologi Edisi Kelima Jilid II , Erlangga, Jakarta.
Fried, George, 2006, Biologi Edisi Kedua, Erlangga, Jakarta.
Nugroho, 2006, Zoologi, Erlangga, Jakarta.
Rohmimohtarto, Kasijan, 2007, Biologi Laut Ilmu Pengetahuan tentang Biota Laut  , Djambatan,Jakarta,.
Syamsuri, I. 2008, Biologi, Erlangga, Jakarta.
Volk dan Wheeler, 2006. Mahluk Hidup. Balai Pustaka. Jakarta.


































LEMBAR ASISETENSI

Nama               : Aulia Rakhman
NIM                : N 201 12 018
Kelompok       : 1
Asisten            : Firmansyah



No.
Hari/tanggal
Koreksi
Paraf































 LAPORAN PRATIKUM BIOLOGI
“PENGENALAN MIKROORGANISME/MIKROBA”












Di susun oleh :

Nama              : Aulia Rakhman
NIM                : N 201 12 018
Asisten            : Firmansyah
Kelompok       : 1




PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2012

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Mikroorganisme, dalam lingkungan alamiahnya jarang terdapat sebagai biakan murni. Berbagai specimen tanah atau air boleh jadi mengandung bermacam-macam spesies cendawan, protozoa, alga, bakteri, dan virus. Baik secara langsung maupun tak langsung, bahan buangan dari manusia dan hewan, jasad mereka, serta jaringan tumbuh-tumbuhan dibuang atau dikubur dalam tanah. Setelah beberapa lama, bahan-bahan tersebut berubah menjadi kompenen organic dan beberapa komponen anorganik tanah. Perubahan-perubahan ini dilakukan oleh mikroorganisme yaitu perubahan bahan organic menjadi substansi yang menyediakan nutrient bagi dunia tumbuhan. Tanpa aktivitas mikroba maka segala kehidupan dibumi ini lambat laun akan terhambat. Maka, perubahan organic dan anorganik didalam tanah adalah dilakukan oleh mikroorganisme yang dikenal sebagai mikroba ditanah.
Protozoa termasuk dari mikroorganisme. Protozoa memiliki arti protos artinya pertama dan zoon artinya hewan. Jadi,Protozoa adalah hewan pertama. Protozoa merupakan kelompok lain protista eukarioti. Kebanyakan Protozoa hanya dapat dilihat di bawah mikroskop. Beberapa organisme mempunyai sifat sama, alga dan protozoa. Sebagai contoh alga hijau Euglenophyta, selnya berflagela dan merupakan sel tunggal yang berklorofil, tetapi dapat mengalami kehilangan klorofil dan kemampuan untuk berfotosintesa.
Protozoa terdapat di seluruh lingkungan berair dan tanah, menduduki berbagai tingkat trophic. Tubuh protozoa amat sederhana, yaitu terdiri dari satu sel tunggal (unisel). Namun demikian, Protozoa merupakan sistem yang serba bisa. Semua tugas tubuh dapat dilakukan oleh satu sel saja tanpa mengalami tumpang tindih. Ukuaran tubuhnya antaran 3-1000 mikron. Bentuk tubuh macam-macam ada yang seperti bola, bulat memanjang, atau seperti sandal. Berdasarkan uraian diatas maka yang melatarbelakangi praktikan ini adalah untuk melihat dan membedakan sel-sel mikroorganisme yang berasal dari berbagai sumber/habitat yang berbeda.
1.2  Tujuan
Adapun tujuan sehingga dilaksanakan percobaan ini adalah untuk melihat dan membedakan sel-sel mikroorganisme yang berasal dari berbagai sumber/habitat yang berbeda.
1.3  Manfaat
Adapun manfaat dilaksanakan percobaan ini yaitu tahu dan bisa  membedakan sel-sel mikroorganisme yang berasal dari berbagai sumber/habitat yang berbeda.























BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bakteri yang hidup hampir tidak berwarna dan tidak kontras dengan air, di mana sel-sel bakteri tersebut disuspensikan. Oleh karena itu pengamatan tanpa pewarnaan menjadi lebih sukar dan tidak dapat digunakan untuk melihat bagian-bagian sel dengan teliti. Pewarnaan akan menyebabkan bakteri-bakteri tersebut kontras berwarna dengan sekelilingnya, sehingga akan terlihat jelas. Adapun tujuan dari pewarnaan adalah untuk memudahkan melihat bakteri dengan mikroskop, memperjelas bentuk dan ukuran bakteri, melihat struktur luar dan dalam bakteri seperti dinding sel dan vakuola, serta menghasilkan sifat-sifat fisik dan kimia yang khas dari bakteri (Volk dan Wheeler, 2006).
Khamir adalah mikroorganisme bersel tunggal dengan ukuran antara 5 dan 20 mikron. Biasanya berukuran 5-10 kali lebih besar dari bakteri. Terdapat berbagai macam bentuk ragi dan bentuk seringkali tergantung dari cara pembelahan selnya. Sel khamir dapat berbentuk lonjong, bentuk batang atau bulat. Sel-sel khamir sering dijumpai secara tunggal tetapi apabila anak-anak sel tidak dilepaskan dari induknya setelah pembelahan maka akan terjadi bentuk yang disebut pseudomisellium. Khamir tidak bergerak karena itu tidak mempunyai flagella. Beberapa jenis khamir membentuk kapsul di sebelah luar (Buckle, 2007).
Protista bersifat eukariotik, dan bahkan protista yang paling sederhana sekalipun jauh lebih kompleks dibandingkan dengan prokariota. Eukariota pertama yang berevolusi dari nenek moyang prokariotik kemungkinan bersifat uniseluler dan oleh sebab itu disebut protista. Kata itu mengandung arti sesuatu yang sangat tua (bahasa Yunani, protos = “pertama”). Eukariota pertama itu bukan saja merupakan pendahulu protista modern yang sangar beranekaragam, tetapi juga nenek moyang bagi semua eukariota tumbuhan, fungi da hewan. Dua di antara bagian-bagian yang paling bermakna dalam sejarah kehidupan asal mula sel eukariotik dan kemunculan eukariota multiseluler berikutnya terjadi selama evolusi protista (Campbell, 2009).
Protista yang menelan makanannya secara informal dikelompokkan sebagai protozoa. Protozoa dibagi menjadi enam filum sebagai berkut yaitu (a) Rhizopoda yaitu merupakan protozoa sederhana yang bergerak dengan pseudopodia. Contohnya yaitu Amoeba sp (b) Actinopoda, contohnya yaitu Heliozoa dan Radiolaria (c) Foraminifera, merupakan protozoa yang hidup di laut (d) Apicomplexa, merupakan parasit pada hewan, contohnya yaitu Plasmodium (e) Zoonastigina dcirikan adanya flagel, bersifat heterotrof, dan hidup bersimbiosis, contohnya yaitu Tripanosoma (f) Ciliapora, dicirikan adanya silia dan mempunyai dua nuklei, yaitu makronuklei yang mengontrol metabolisme dan mikronuklei yang berfungsi dalam konjugasi (Nugroho,2006).
Protista merupakan organisme yang paling beraneka ragam dalam hal nutrisi di antara seluruh eukariota. Sebagian besar protista memiliki metabolisme yang bersifat aerobik, yang menggunakan mitokondria untuk respirasi selulernya. Beberapa protista adalah fotoautotrof dengan kloroplas, beberapa lagi adalah heterotrof yang menyerap molekul organik atau menelan partikel makanan yang lebih besar, dan yang lainnya adalah miksotrof, dapat melakukan fotosintesis dan nutrisi heterotrofik. Sangat bermanfaat dalam konteks ekologis untuk  mengelompokkan keanekaragaman nutrisi tersebut ke dalam tiga kelompok : protista yang menelan makanannya (seperti hewan), atau protozoa (tunggal, protozoan); protista yang melakukan absorpsi (seperti fungi) dan protista fotosintetik (seperti tumbuhan) yaitu algae (Campbell,2009).
Protozoa (bahasa Yunani: protos = pertama; zoa = hidup) adalah hewan mikroskopik yang terdapat di semua lingkungan di mana kehidupan dapat terjadi. Mereka tersebar luas di seluruh dunia. Banyak dari mereka mampu membentuk sista (cyst), atau semacam cangkang yang menutupi sekujur badannya sehingga mereka dapat hidup dalam kondisi yang kering sama sekali, yang tidak memungkinkan makhluk lain hidup. Sifat khas utama ialah bahwa mereka terdiri dari satu sel. Protozoa dapat dikelompokkan menurut habitatnya menjadi dua, yakni mereka yang hidup di dalam air atau di tempat-tempat lembab dan dikenal sebagai protozoa yang hidup bebas, dan mereka yang hidup di dalam atau pada hewan atau tumbuh-tumbuhan lain disebut protozoa parasitik  (Rohmimohtarto,2007).
Protozoa adalah organisme-organisme heterotrofik yang ditemukan di semua habitat utama. Sebagian di antaranya hidup bebas, sedangkan yang lainnya hidup sebagai parasit di dalam tubuh hewan. Sebagaian protozoa juga menjalani gaya hidup simbiotik berupa komensalisme dan mutualisme. Protozoa parasitik  menyebabkan beberapa penyakit manusia yang paling tersebar luas dan membahayakan. Pada umumnya, reproduksi protozoa adalah aseksual, tetapi terjadi juga pola-pola seksual yang kompleks. Protozoa sebagai divisi telah dibagi-bagi menjadi lima filum utama. Beberapa ahli protozoologi membaginya menjadi enam filum (Fried,2006).
Protozoa adalah hewan-hewan bersel tunggal. Hewan-hewan itu mempunyai struktur yang lebih majemuk dari sel tunggal hewan multiseluler dan walaupun hanya terdiri dari satu sel, namun protozoa merupakan organisme sempurna. Karena sifat struktur yang demikian itu, maka berbagai ahli dalam zoology menamakan protozoa itu selular tetapi keseluruhan organisme itu dibungkus dengan satu plasma membrane. Protozoa itu kecil, berukuran kurang dari sepuluh micron dan, walaupun jarang ada yang mencapai 6 milimeter (Syamsuri, 2008).



















BAB III
METODOLOGI
3.1  Waktu dan tempat
Adapun waktu pelaksanaan praktek yaitu :
Hari/Tanggal        : Sabtu, 01 desember 2012.
Waktu                 : 13.00 WITA – selesai.
Tempat                 : Laboratorium Biodiversity jurusan Biologi FMIPA UNTAD.
3.2  Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu :
3.2.1        Alat
1.      Mikroskop,kaca obyek dan kaca penutup
2.      Jarum preparat atau jarum ose
3.      Lap halus.
3.2.2        Bahan
1.      Preparat jadi (khusus sel bakteri)
2.      Kelapa tua yang sudah bulukan/basi.
3.      Air tape ketan,
4.      Air kolam
5.      Air got/comberan
3.3  Prosedur Kerja
 Adapun prosedur kerja dari percobaan ini adalah :
1.      Menyiapkan preparat jadi dari sel bakteri, lalu mengamati dibawah mikroskop dengan perbesaran 400 kali atau 1000 kali dengan minyak imersi.
2.      Untuk tempe dan kelapa basi pengerjannya dengan memakai jarum preparat/ose untuk membuat preparat mikroskopis (tanpa deck glass).
3.      Pada air tape untuk melihat adanya khamir, yaitu dengan menggunakan ose dioles pada obyek gelas, lalu mengamati di bawah mikroskop (100 atau 400).
4.      Pada air kolam untuk melihat berbagai jenis protozoa, yaitu teteskan 1 tetes pada obyek gelas lalu tutup dengan gelas penutup. Mengamati di bawah mikroskop dengan perbesaran 40 kali atau 100 kali.
5.      Kemudia melaporkan semua mikroorganisme yang di lihat dari semua preparat yang di praktikumkan.





























BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.   Hasil Pengamatan
No
Gambar
Keterangan
Literatur
Hasil pengamatan
1
Gambar preparat basah dari bahan tape.
2
Gambar preparat basah dari kelapa tua.
3
Gambar preparat basah dari air kolam.

4.2.   Pembahasan
Pada percobaan kali ini, kami melakukan percobaan untuk bertujuan untuk melihat dan membedakan sel-sel mikroorganisme yang berasal dari berbagai sumber/habitat yang berbeda. Dapat dilihat pada hasil pengamatan diatas pada setiap habitat memiliki mikroorganisme yang berbeda-beda. Hal itu disebabkan karena beberapa mikroorganisme hanya mampu beradaptasi dengan lingkungan tertentu.
Hasil dari percobaan ini yaiut mikroorganisme pada air tape yang dilihat melalui mikroskop disana terdapat hanya sedikit mikroorganisme, berbeda dengan gambar yang ada pada literatur terdapat banyak mikroorganisme. Hal ini dikarenakan perbedaan penggunaan lensa pada mikroskop, sehingga terjadi perbedaan antara kedua gambar.
Selanjutnya mikroba/mikroorganisme yang terdapat pada kelapa tua, pada hasil percobaan terlihat banyak sekali mikroorganisme yang terdapat pada kelapa busuk tersebut. Tetapi apabila dibandingkan pada gambar yang terdapat pada literatur terlihat secara jelas perbedaan yang nampak pada gambar mulai dari bentuk serta warna dari mikroorganisme tersebut. Hal ini dikarenakan perbedaan bahan percobaan serta pada saat menggunakan mikroskop menggunakan lensa yang berbeda pula.
Pada air kolam, terdapat sedikit mikroorganime. Berbeda dengan gambar pada literatur yang terlihat dengan jelas sangat banyak sekali mikroba pada air kolam. Perbedaan ini dikarenakan bahan percobaan yang berbeda, dan penggunaan lensa pada mikroskop yang berbeda pula. Sehingga menyebabkan perbedaan yang begitu mencolok pada hasil pengamatan dengan literatur yang ada.


















BAB V
PENUTUP

5.1  Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan ini adalah mikroorganisme atau mikroba adalah organisme yang berukuran sangat kecil (biasanya kurang dari 1 mm) sehingga untuk mengamatinya memerlukan alat bantu. Mikroorganisme seringkali bersel tunggal (uni selluler) meskipun beberapa protista bersel/ tunggal masih terlihat oleh mata telanjang dan ada beberapa spesies multisel tidak terlihat mata telanjang. Banyak berbagai macam mikroorganisme dilingkungan yaitu bakteri, jamur, protozoa, dan masih banyak lagi. Pertumbuhan mikroorganisme di pengaruhi oleh beberapa faktor yaitu waktu generasi, faktor intrinsik, faktor enktrinsik, faktor proses dan faktor imblisit.
5.2  Saran
Adapun saran yang diberikan oleh penulis adalah sebaiknya dalam melakukan percobaan, di perlukan ketelitian agar tidak terjadi kesalahan, serta ada baiknya alat dan bahan yang akan digunakan lebih dilengkapi, sehingga menunjang proses kerja pada saat melakukan praktek.






















DAFTAR PUSTAKA
Buckle, 2007, Biologi 2000, Erlangga, Jakarta.
Campbell, N.A, 2008, Biologi Edisi Kelima Jilid II , Erlangga, Jakarta.
Fried, George, 2006, Biologi Edisi Kedua, Erlangga, Jakarta.
Nugroho, 2006, Zoologi, Erlangga, Jakarta.
Rohmimohtarto, Kasijan, 2007, Biologi Laut Ilmu Pengetahuan tentang Biota Laut  , Djambatan,Jakarta,.
Syamsuri, I. 2008, Biologi, Erlangga, Jakarta.
Volk dan Wheeler, 2006. Mahluk Hidup. Balai Pustaka. Jakarta.


































LEMBAR ASISETENSI

Nama               : Aulia Rakhman
NIM                : N 201 12 018
Kelompok       : 1
Asisten            : Firmansyah



No.
Hari/tanggal
Koreksi
Paraf































Tidak ada komentar:

Posting Komentar